Kisah Panjang Masker Kain Dowa
PERNAHKAH Anda mengenal kata-kata bijak berikut ini?
... yesterday is a history,
.... today is a reality,
... tomorrow is a mystery,.
Kata-kata itu, serasa relevan untuk menyikapi masa kini – ketika semua kondisi, rencana, program berubah bahkan batal, akibat pandemi Covid19. Dunia seakan ‘pause’ – alias jeda – akibat virus yang mematikan, sementara manusia belum menemukan obatnya. Semua penduduk bumi terhenyak pada kekuatan maha dahsyat dari alam semesta.
Banyak yang meradang, marah, dan menyerah. Tetapi bagi yang arif bijaksana, memiliki kemampuan berolahpikir dan berolahrasa secara seimbang antara afeksi dan kognisi – akan tetap survive. Mampu bertahan hidup dan tetap berkehidupan.
Asal muasal Masker Kain Dowa
Namun ketika mulai 9 April 2020, pemerintah Republik Indonesia memastikan harus mematuhi imbauan dari Centre for Disease Control (CDC) yakni perlunya semua orang mengenakan masker sampai waktu yang belum ditentukan -- selain Social Distancing dan Phissical Distancing, maka DOWA mulai memproduksi masker tersebut. Tujuannya adalah berupaya ikut berperan menghadapi dan solusi pandemi Covid19.
Inilah reality. Saatnya DOWA terjun dalam aktivitas sosial. Diputuskan mengalokasikan 100% profit dari penjualan masker kain, untuk membuat masker kain donasi yang akan diberikan kepada mereka yang kurang mampu dan masih perlu bekerja di luar rumah.
Keberangkatan DOWA sebagai produsen benda fashion, otomatis masker yang dirancang bukan masker sembarang masker. Dipilih menggunakan kain batik motif khas Yogyakarta dari kain katun -- yakni kain katun yang didesain sesuai standar kebutuhan masker sehat. Selain itu, material harus dapat mendukung penyalur lokal.
Alhasil, masker kain DOWA memiliki ‘kisah panjang’. Berawal dari niat partisipasi menghadapi pandemi sebagai realitas hari ini, ternyata terkoneksi dengan para pemilik kain batik yang tentu saja produksi dan roda ekonomi mereka terdampak pandemi secara langsung maupun tidak langsung.
Untuk tetap mendukung dan menjaga social distancing, sebisa mungkin tim DOWA mempekerjakan penjahit yang bekerja dari rumah untuk membuat komponen-komponen masker kain. Mereka tetap dapat stay at home, namun tetap berpenghasilan.
Masker Karya Desa
Lalu terlahir lah projek Masker Karya Desa. Tujuan dari project ini adalah untuk meningkatkan semangat hidup dan produktivitas saudara-saudara di pedesaan. Melalui projek ini, mereka tinggal di rumah namun tetap mendapatkan penghasilan. Sedang masker yang sudah jadi, akan didonasikan ke area desa mereka sendiri.
Bagaimana cara kami menjalankan projek ini?
- Kami membuat pola masker tiga lapis yang mudah di jahit tangan.
- Kami siapkan material mulai dari kain, benang, elastis, sampai jarum untuk memudahkan semua yang berminat mengikuti program
- Hasil masker diprioritaskan untuk klink dan tempat medis di sekitar pedesaan.
Peluang ini tidak hanya bagi warga desa yang kami ajak bekerjasama, tetapi siapa pun yang ingin bergabung mengikuti project ini. Terutama bagi saudara –saudara kita yang terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) akibat pandemi Covid19. Proyek MASKER KARYA DESA ini, membuka pintu kerjasama.
Inilah kisah panjang Masker Kain DOWA atau Masker Karya Desa. Saat ini telah diikuti oleh 234 orang di wilayah sekitar Yogyakarta dan Jawa Tengah. Mereka bekerja giat dan tetap sehat membuat masker untuk orang dewasa dan anak-anak.
Data Produksi Masker Kain
Tipe |
Jumlah |
Masker Dowa | 17,190 |
Masker Donasi | 15,027 |
Masker Karya Desa | 14,977 |
Total Masker Kain | 47,194 |
Semua berjalan lancar sebagai wujud semangat hidup yang selalu optimis, bahwa semua keadaan harus dihadapi secara positif. Tak perlu berkeluh kesah. Tetapi bersyukur, berusaha dan berdoa. Dimana ada kemauan, disitu ada jalan. Hadapi hari ini sebagai kenyataan. Kita berharap pandemi Covid19 segera berlalu. Menjadi bagian sejarah dari hari kemarin. Yesterday is a history.
Kita tak boleh putus harapan. Hari esok memang rahasia milik Tuhan Yang Mahakuasa. Tomorrow is a mystery. Namun kita harus mampu mengambil hikmah dari semua peristiwa. Manusia merencanakan, Tuhan menentukan.
Ditulis Oleh Esti Ela